Penjual makanan jalanan ada dimana-mana diseluruh dunia. Kenapa ya di luar negeri mereka difasilitasi sedangkan di Indonesia diusir ? Ternyata PKL (pedagang kaki lima) ini adalah penunjang perekonomian negara mereka. Loh koq bisa ?
Mari kita amati tingkah laku masyarakat kita sendiri. Di kantor2 megah di Indonesia pasti disuatu sudut kecil biasanya di tempat parkir akan dijumpai pedagang kecil dipojok gitu untuk mensuplai mulut para pekerja di gedung itu. Kalau pedagang ini nggak menjual nasi maka biasanya para orang kantoran ini pas jam makan mencari makanan di warung2 terdekat.
Untuk level atasan yg gengsi makan di warung pinggir jalan maka dia akan mencari restoran yg rada wah. Coba buntuti dia ke restoran tersebut. Lihat menu yang dia pilih. Hohohoho... ternyata dia memilih menu yg paling murah di restoran tersebut. Pakaian necis, duduk trus makan tanpa tolah toleh, diam aja takut kepergok anak buah kalau pesan yg paling murah.
Makanan paling murah di resto tersebut tak lebih mahal dg warung pinggir jalan.
Bedanya apa sih makanan pinggir jalan dg restauran ? Tentu saja cuman tempatnya yg beda, masakannya ya sama saja. Penyajiannya jg beda tapi rasa masakannya ya sama saja. Nasi rawon bumbunya ya tetap itu2 saja.
Kebersihan makanan ? Nah ini perlu diperhatikan.
Restauran yg tempat memasaknya tertutup gak kelihatan pembeli harus diwaspadai. Gak tau tempat menyimpan sayurannya, gak kelihatan cara masaknya, jangan2 seperti saya kemarin yg cah kangkungnya ada kecoaknya. Padahal harganya mahal bok....
Justru di warung pinggir jalan yg cara masaknya kelihatan pembeli, cara simpan sayurnya yg kelihatan pembeli maka penjualnya akan selalu berhati-hati, lebih menjaga kebersihannya daripada yg di restauran kemarin itu. (Ini kesimpulan seorang temenku yg bekerja di hotel bintang lima, aku disuruhnya makan diwarung gak boleh makan di hotel tersebut, dia sampai sumpah2 !!!... katanya karena yg diberi makan seluruh penghuni hotel maka masaknya mengerikan)
Kebersihan tempat ? di warung pinggir jalan tak kalah bersihnya dg di restoran, cuman yg berbeda keindahannya kali. Kalau di resto kursinya senada warnanya dg meja. Terbuat dari kayu atau plastik yg warnanya cerah jadi kelihatan indah. Kalau di warung ? Terbuat dari bambu yg warnanya kusam, meja dilapisi plastik sobek sana sini, tapi bersihnya ya sama saja. Tiap kali ada orang makan pasti dilap.
Nah karena street food mampu mensuplai makanan kesebagian besar para pekerja di Indonesia maka produktifitas pekerja tsb tak terganggu. Efektifitas produksi perusahaan tsb dapat maksimal.
Kalau fungsi mereka seperti itu lalu kenapa mereka diusir ? Dijauhkan dari kantor2 tsb. Harusnya dibina, diajarin mengelola sampah, diberi fasilitas air bersih, dsb. Mikirrrrr........
Kaiaknya yg mewadahi mereka cuman kota Jogyakarta, sepanjang jalan Malioboro banyak PKL yg bersih2 tempatnya. Kopi joss malah jadi incaran orang, Sego Kucing diidamkan manusia. Bahkan kelezatan kulinernya diabadikan lewat lagu 'Jogyakarta'nya Katon Bagaskara. 'Ramai kaki lima..., menjajakan sajian khas berselera.... orang duduk bersila.....'. Mantap benar itu lagu. Dan joss untuk pak Sultan Gubernur DIY.
No comments:
Post a Comment