9/3/12

Menolak Hantu dengan Perbuatan Baik

Contoh Orang Baik
Contoh Orang Baik
Nah ini kelanjutan cerita tentang penelitian hantu kemarin, yang ternyata mereka nongol sebagai refleksi rasa ketakutan kita yang paling terdalam bersembunyi dalam sanubari kita dan pas saat itu kita lagi terangsang oleh frekuensi dibawah 20 Hz maka nampaklah refleksi makhluk ketakutan kita itu dihadapan kita. Hiiiiiyyyyyyy.......

Ternyata eh ternyata, rasa takut tersebut dapat kita atasi dengan cara melakukan perbuatan baik dan berpedoman kehidupan pada agama yang kamu anut sekarang ini. Coba deh setahun  kamu ngelakuin kehidupan yang berpedoman pada ajaran agama kamu, full, segala tindak tanduk kamu harus berpedoman pada agama kamu,
misal kamu ngelakuin nggak boong selama setahun, rajin melakukan sembahyang, nggak menyakiti hati orang lain, rajin beramal, dsb, dsb..... :)

Eits..... kalau kamu udah rajin sembahyang sekarang cuman tinggal ngelakuin yang lainnya lagi, kamu harus berani nggak boong selama setahun full, selalu sedekah, suka menolong orang lain, dsb, dsb.... Ternyata hantu hantu itu jadi lari ketakutan waktu ketemu sama kamu. Nggak berani nongol dan ngumpet entah dimana.

Koq bisa ???

Nah cerita dibawah inilah analoginya :
Seseorang yang jalan kehidupannya mengikuti ajaran agama yang dianutnya (nggak cuman rajin sembahyang ajah loh tapi masih suka korupsi, nggak cuman rajin ke tempat ibadah tapi tetep suka bohong). tapi disini yg dimaksud adalah orang yang melakukan perbuatan sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya secara full, nggak ada bolongnya. Kita sebut aja orang lurus.

Suatu ketika siorang lurus nih ketemu sama temannya yang menceritakan tentang suatu kejadian yang menurut pendapatnya adalah kejadian ngeri. Sebut aja dia sebagai teman orang lurus.
Teman orang lurus cerita " Eh disana tadi ada orang meninggal, cewek sexy, tapi sayangnya dia suka gonta ganti pacar, pacarnya itu sering dia pelorotin hartanya. Uh kasihan deh para mantan pacarnya, pada jadi miskin karena dia.".

"Paling paling kalau mati tuh cewek materai di siksa dialam kubur, mungkin payudaranya ditarik tarik jadi panjang soalnya si cewek materai cuman bermodalkan buah dadanya doang"

Siorang lurus merasa dia nggak pernah ada urusan sama si cewek materai, nggak pernah juga menyalahi atau mengganggunya. Jadi dia ngerasa nggak ada apa apa sama dia. hhmmmmm sebenarnya perbuatan kita nggak pernah bisa kita boong dengan diri kita sendiri. Lain dengan temannya, dia ngerasa perbuatan sicewek tidak bener, kemudian dia ngegangguin kehidupan si cewek. yang diolok olok lah, yang disebar sebarkan kalau dia cewek materai, dsb dengan dalih untuk keadilan mantan cowok cowok yang sakit hati.

Teman si orang lurus ini diam diam dalam hati merasa bersalah atas perbuatannya kepada si cewek materai. Cerita kengerian siksa kubur cewek materai begitu membekas dihatinya. Yang payudaranya jadi panjang dan sebagainya. Mirip wewe gombel. Siorang lurus santai santai saja karena dia nggak merasa bersalah dengan si cewek materai.

Suatu saat kedua orang ini berjalan berduaan ditengah sepinya malam. Tiba tiba hujan gerimis rintik rintik. Tetes air hujan ini mengalami gesekan dengan udara yang mengakibatkan timbulnya frekuensi dibawah 20 Hz. Karena hujan semakin deras maka kedua sahabat ini berteduh disebuah pohon lebat yang kebetulan disitu dekat dengan pemakaman umum dimana si cewek materai dimakamkan.

Suasana yang sepi dan mencekam mengakibatkan keduanya terhanyut dalam lamunan masing-masing. Frekuensi infrasonik dibawah 20 Hz yang berasal dari gesekan tetes air hujan dengan udara banyak terjadi pada saat itu. Kedua sahabat ini yang lagi terbengong menunggu hujan reda terkena frekuensi ini. Masuk dan menembus tubuh mereka, merangsang indra masing masing. Tiba tiba siorang lurus mencium bau wangi, kemudian dia sekelebat melihat sesosok bayangan seorang perempuan cantik mirip artis sinetron. Hhhmmmm siapa cewek ini ?

Lain dengan kejadian yang menimpa teman siorang lurus. Dia mencium bau anyir, dan dia melihat sesosok bayangan perempuan dengan payudaranya yang panjang terjuntai dan berwajah mirip cewek materai. Tersenyum lalu menyeringai menampakkan gigi taringnya yang panjang siap menerkam kearah teman siorang lurus. Tanpa pikir panjang teman siorang lurus berlari secepatnya menjauhi tempat berteduh tersebut. Teman siorang lurus tanpa melihat kebelakang terus lari sampai sejauh jauhnya. Begitu melihat temannya lari ketakutan siorang lurus ikutan berlari sekencang kencangnya mengikuti temannya. Mereka menembus gerimis sampai akhirnya tiba di tempat yang agak ramai, yaitu sebuah warung kopi ditepi jalan. Didalam warung kopi tersebut kemudian keduanya saling menceritakan kejadian yang mereka alami bersama sama.

Hhhmmmmm mari kita analisa bersama kejadian tersebut. Keduanya mengalami peristiwa yang sama yaitu tertembus frekuensi infrasonik frekuensi dibawah 20 Hz hasil dari peristiwa alam gesekan tetes air hujan dan udara.
Mereka juga terangsang panca indranya tanpa sebenarnya ada obyek jelas yang mereka hadapi. Rangsang ini karena frekuensi infrasonik yang menembus tubuh mereka. Keduanya mengalami hal yang sama. Tetapi visualisasi yang terjadi jauh berbeda. Siorang lurus melihat cewek cantik penuh keindahan, sedangkan temannya melihat cewek mengerikan yang siap menerkam. 

Ternyata visualisasi otak dari rangsang yang mereka terima berbeda untuk setiap manusia yang berbeda pula sesuai dengan tingkah lakunya. Tergantung pada pada bagian mana dia SENSITIF pada sesuatu. Kesensitifan ini berhubungan erat dengan RASA YANG PALING DALAM pada diri manusia. Kalau seseorang memupuk dirinya dengan perbuatan jahat maka Rasa Yang Paling Dalam secara diam diam akan terpupuk dengan ketakutan pembalasan dari orang yang disakitinya. Memang nggak bisa dipungkiri kalau berbohong terhadap diri sendiri walau kebohongan terhadap orang lain bisa kita sembunyikan tetapi kebohongan pada diri sendiri tidak pernah bisa dipungkiri.

Dari mindset yang memang secara alamiah tercipta seperti itu, maka alangkah baiknya mulai sekarang kita berusaha untuk selalu berbuat baik kepada teman, sahabat, dan orang orang dilingkungan kita.

No comments:

Post a Comment